kemdikbud.go.id – Bidang astronomi menjadi salah satu bidang lomba yang diminati siswa SMA pada ajang Kompetisi Sains Nasional (KSN). Generasi muda yang memiliki animo kedirgantaraan sangat tinggi ini, di tengah pandemi mereka belajar mandiri untuk menjadi yang terbaik. Tanpa dituntut guru dan mendapatkan nilai, mereka mempelajari tentang benda langit serta fenomena alam yang terjadi di luar atmosfer bumi ini. Hal ini merupakan satu dari bukti anak Indonesia mencintai sains.
Pakar astronomi Institut Teknologi Bandung, Hakim Lutfhi Malasan optimis bahwa peserta KSN bidang astronomi ini bisa bersaing di tingkat Internasional. “Dari tingkat kesulitan soal kita persulit tapi karena melihat mereka berjuang untuk mengerjakan soal-soal itu, kita optimis anak-anak sekarang lebih siap,” tutur Hakim saat diwawancarai usai menjadi penguji pada tes bidang lomba astronomi KSN 2020 secara daring di Hotel Harris Sentul, Bogor, pada Rabu (12/8/2020).
Hakim mengatakan, walaupun di tengah pandemi mereka belajar secara mandiri, kualitas peserta KSN khususnya bidang lomba astronomi tidak menurun. “Sebagian besar hampir perfect dari skala 20 ada yang nilainya 18. Bisa dibilang mungkin belajar sendiri di rumah di mana astronomi di kurikulum sekolah tidak ada. Ini anak istimewa semua,” tuturnya.
Pada ajang bergengsi itu, kata dia, para peserta dituntut memahami dinamika langit, evolusi langit, kepentingan langit bagi kehidupan sehari-hari, dan lainnya. Namun dalam pelaksanaan tes secara daring, Hakim menyampaikan para peserta harus berlatih mengatur waktu termasuk dalam mengelola soal tes dan mengunggah jawaban. “Anak-anak kita masih perlu banyak berlatih untuk tipe daring seperti ini karena kunci suksesnya ikut lomba daring itu bisa memperhatikan waktu,” ungkapnya.
Hakim menambahkan, meski dalam kurikulum sekolah saat ini tidak ada muatan astronomi secara utuh, para siswa dapat mengenal dan mempelajari astronomi dari sumber-sumber lain yang terpercaya. Generasi muda saat ini, kata dia, tidak hanya belajar di sekolah saja, banyak referensi yang bisa dimanfaatkan oleh mereka.
“Mata mereka terbuka melihat astronomi tidak sekadar penelitian dan edukasi, tetapi mereka bisa melihat space teknologi, space sains yang berkembang di negara lain yang bisa dikembangkan ke depan,” ujar Hakim
Tak hanya itu, minat siswa melanjutkan pendidikan tinggi di jurusan astronomi pun kian tahun semakin meningkat. Misalnya, daya tampung mahasiswa jurusan astronomi di Institut Teknologi Bandung tahun ini yakni sebanyak 50 mahasiswa, tetapi calon mahasiswa yang mendaftar mencapai 5000 orang.
Kompetisi sains antarpelajar yang sebelumnya dikenal dengan Olimpiade Sains Nasional (OSN), mulai tahun 2020 ini dilaksanakan dengan nama Kompetisi Sains Nasional (KSN). Untuk jenjang sekolah menengah atas (SMA), KSN saat ini memasuki seleksi tingkat provinsi. Kegiatan KSN dilaksanakan oleh Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
KSN tingkat provinsi untuk jenjang SMA dilaksanakan secara daring, dari tanggal 9 hingga 15 Agustus 2020. Peserta KSN mengerjakan soal-soal yang diujikan secara daring dengan gawai yang terhubung ke Internet. Bidang lomba dalam KSN meliputi sembilan bidang yaitu Matematika, Fisika, Kimia, Informatika/Komputer, Biologi, Astronomi, Ekonomi, Kebumian, dan Geografi.
Pelaksana Tugas Kepala Puspresnas Kemendikbud, Asep Sukmayadi, mengatakan pelaksanaan KSN bertujuan untuk mendorong semangat dan daya juang peserta didik, memfasilitasi bakat dan minat untuk mencapai prestasi terbaik di bidang sains. “Di samping itu, penyelenggaraan KSN juga sebagai penjaringan dan pembinaan kepada calon peserta kompetisi sains tingkat internasional,” kata Asep saat membuka KSN secara daring, di Hotel Harris Sentul Bogor, pada Minggu lalu (9/8/2020).