Jakarta –
Sepanjang tahun 2020 seluruh perhatian dunia tertuju pada pandemi COVID-19. Di masa sulit ini, tantangan terbesar yang dihadapi dunia adalah kelangkaan alat kesehatan seperti APD, masker dan obat-obatan. Sedangkan, alat tersebut begitu penting dalam melindungi para pekerja kesehatan menangani pasien COVID-19.
“Saya ingat betul bagaimana diplomasi bekerja siang malam untuk memenuhi kebutuhan alat diagnostik dan teurapetik yang begitu mendesak,” tutur Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam keterangan tertulis, Rabu (6/1/2021).
Dalam agenda Pernyataan Pers Tahunan Menteri Luar Negeri tahun 2021 (PPTM 2021), Retno menjelaskan kelangkaan ini terjadi akibat tingginya permintaan, penimbunan, bahkan upaya monopoli oleh sejumlah negara. Pada Maret 2020, WHO mengeluarkan imbauan agar industri medis dapat meningkatkan produksi sebesar 40% untuk dapat memenuhi kebutuhan dunia mengatasi COVID-19.
Pemerintah juga didorong untuk mencabut larangan ekspor dan menjamin lancarnya rantai pasok untuk alat kesehatan esensial agar tidak terhambat oleh penutupan jalur logistik.
Melalui berbagai inisiatif dan kerja sama, diplomasi Indonesia terus bergerak untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Tercatat, Indonesia menerima komitmen dukungan senilai USD 121,31 juta dari 120 pihak dari 11 negara, 12 Organisasi Internasional, dan 97 NGO berupa masker, alat rapid test dan APD yang disalurkan kepada Satgas COVID-19.
Namun upaya Kementerian Luar Negeri tidak berhenti di situ. Pemerintah menyadari bahwa pandemi COVID-19 bisa jadi bukan merupakan pandemi terakhir yang dihadapi dunia. Sehingga dalam jangka panjang, ketahanan dan kemandirian sektor kesehatan perlu terus dibangun sebagai pijakan bagi penguatan ketahanan kesehatan kawasan dan global.
Sebagai contoh, Pemerintah secara aktif melakukan fasilitasi agar produsen APD dalam negeri dapat memperoleh sertifikasi ISO 16603 dan 16604 sehingga dapat mengekspor produknya untuk kebutuhan negara lain. Dari sebelumnya defisit, kini Indonesia dapat menjadi pemasok APD bagi dunia. Tentunya pola pengembangan yang sama akan dilakukan juga terhadap alat kesehatan lainnya, termasuk bahan baku obat-obatan.
Pemerintah juga menyadari bahwa vaksin dapat menjadi game changer dalam upaya melawan COVID-19. Untuk itu, Pemerintah sangat serius dalam mengamankan pasokan vaksin bagi masyarakat. Di tahun 2021, upaya diplomasi Indonesia akan terus mengawal penguatan kerja sama tersebut, mengembangkan kerja sama riset dan alih teknologi bidang kesehatan serta merealisasikan komitmen vaksin baik melalui kerja sama bilateral maupun multilateral.
Pemerintah Indonesia telah secara konsisten menyuarakan pentingnya kesetaraan akses untuk vaksin bagi semua negara. Track bilateral menuai hasil pada akhir tahun 2020. Hingga saat ini Indonesia telah memperoleh 3 juta dosis vaksin jadi dari Sinovac. Sepanjang tahun 2021, vaksin Sinovac dalam bentuk curah akan terus dikirimkan hingga mencapai jumlah 140 juta dosis.
Selain dengan China, telah dicapai juga kesepakatan dengan produsen vaksin lainnya, yaitu dengan Inggris (AstraZeneca) dan Amerika Serikat (Novavax). Negosiasi juga tengah dan terus dijalankan dengan Pfizer dan Moderna. Intinya, perlu ada bauran vaksin untuk mendukung program vaksinasi nasional.
Pada track multilateral, Indonesia kini tergabung dalam inisiatif vaksin global WHO COVAX Facility. Inisiatif ini sejalan dengan prinsip Indonesia bahwa vaksin adalah public goods. Sehingga, akses kepada vaksin yang aman, efektif, dan harga terjangkau harus setara bagi semua negara. Sebagai negara COVAX AMC, Indonesia berhak atas alokasi vaksin hingga 20% penduduk Indonesia, atau sekitar 108 juta dosis vaksin. Upaya di track multilateral ini akan melengkapi perolehan vaksin bilateral.
Guna mewujudkan kemandirian sektor kesehatan dalam jangka panjang, Indonesia berupaya menjadi pemain terdepan dalam industri kesehatan global. Indonesia kini bergabung dalam Coalition for Epidemic Preparedness Innovation (CEPI) Investors Council untuk memperkuat jejaring kerja sama global untuk riset dan teknologi vaksin beyond COVID-19. Bio Farma akan terus didorong agar dapat menjadi manufaktur vaksin global dalam kerangka CEPI. Pengembangan Vaksin Merah Putih oleh konsorsium nasional juga akan terus didorong untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
(ega/ega)