Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Diah Pitaloka (kanan) usai memimpin pertemuan Tim Kunspek Komisi VIII DPR RI dengan Bupati Cianjur beserta jajaran, Kepala Kemenag Cianjur, Kasubdit Pondok Pesantren serta stakeholder lainnya di Kantor Bupati Cianjur, Jawa Barat, Kamis (1/4/2021). Foto: Arief/Man
Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Diah Pitaloka menilai mutu pendidikan pesantren dan madrasah di Cianjur, Jawa Barat, secara umum sudah baik karena didukung oleh kultur pendidikannya yang mayoritas kalangan santri. Meski demikian, tetap perlu ada evaluasi bagi Pendidikan di Cianjur, terutama yangn berada di perkampungan terkait fasilitas, sarana dan juga akses telekomunikasi.
Hal tersebut disampaikan Diah usai memimpin pertemuan Tim Kunspek Komisi VIII DPR RI dengan Bupati Cianjur beserta jajaran, Kepala Kemenag Cianjur, Kasubdit Pondok Pesantren serta stakeholder lainnya di Kantor Bupati Cianjur, Jawa Barat, Kamis (1/4/2021). Pertemuan ini membahas penyelenggaraan mutu pendidikan di madrasah dan pesantren pada masa pandemi Covid-19.
“Dalam proses belajar mengajar, suka tidak suka, fasilitas sarana prasarana menjadi catatan utama problematika dari pendidikan islam di Cianjur, termasuk juga sumber daya manusia dan pengajarnya. Sehingga masih perlu banyak dibantu (oleh pemerintah) untuk memperkuat kualitasnya,” ucap Diah
Politisi Fraksi PDI-Perjuangan ini melanjutkan, dalam sejarah, madrasah dan pesantren berkembang secara kultural dan alamiah. Khusus di Cianjur, lebih dari 50 persen warganya mengenyam pendidikan di pesantren atau nyantri. Sehingga, pendidikan pesantren itu sudah selayaknya dianggap sebagai pendidikan formal sebagaimana pendidikan di sekolah umum.
Politisi dapil Jawa Barat III ini menerangkan, bahwa pondok pesantren memiliki fungsi sebagai lembaga pendidikan, dakwah serta lembaga kemasyarakatan. Dimana, figure Kyai dan Santri telah ikut serta dalam membentuk dan memberikan gerak serta nilai kehidupan pada masyarakat untuk tumbuh dan berkembang.
“Kita berharap (pendidikan pesantren) membantu untuk peningkatan IPM (indeks pembangunan manusia) di daerah Cianjur. Selama ini, pendidikan pesantren tidak dinilai menjadi pendidikan formal, oleh karena itu ketika kemudian nanti kalau ada formalisasi pendidikan pesantren, kita berharap itu menjadi indokator kenaikan IPM Cianjur,” harap Diah. (afr/es).