Jakarta – Hari Kartini bukan hanya seremoni yang dirayakan dengan kebaya. Selain itu, peringatan hari lahirnya tokoh emansipasi perempuan ini menjadi salah satu bukti kegigihan dan keuletan perempuan dalam memajukan Indonesia.
Raden Ajeng Kartini adalah seorang tokoh Jawa dan pahlawan nasional Indonesia yang dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi. Terlahir dari keluarga bangsawan, Kartini dididik di Europeesche Lagere School (ELS) hingga usia 12 tahun, namun semangatnya untuk melanjutkan studi tidak pernah surut.
Kartini kemudian menulis surat yang berisi pandangannya tentang kesetaraan gender, kesetaraan kelas sosial dan budaya, serta isu-isu umum lainnya yang terjadi di Indonesia. Beberapa karyanya juga pernah dimuat di majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie.
Setelah kematian Kartini, kumpulan surat yang dikirim Kartini kepada teman-temannya di Eropa diterbitkan pada tahun 1911 sebagai buku berjudul “Door Duisternis tot Licht”, yang berarti “Dari Kegelapan Menuju Cahaya” pada tahun 1911. Balai Pustaka kemudian diterbitkan dalam bahasa Melayu dengan judul “Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran” di tahun 1922.
Buku ini telah menginspirasi banyak orang, termasuk para tokoh kebangkitan nasional Indonesia. Buah pemikirannya telah berkembang hingga saat ini, jauh melebihi keinginan Kartini terhadap perempuan di tanah air.
Kartini masa kini juga umum di Indonesia saat ini. Para perempuan telah menunjukkan dengan kegigihan dan keuletan bahwa mereka telah memainkan peran penting dalam kemajuan pendidikan, budaya, ekonomi, teknologi, dan lingkungan Indonesia.
Maudy Ayunda

Maudy tidak hanya berbakat dalam akting dan musik, tetapi kemampuan akademisnya juga luar biasa. Prestasinya di bidang pendidikan telah menginspirasi banyak anak muda Indonesia.
Maudy menyelesaikan program sarjananya di Oxford University, Inggris, jurusan Politik, Filosofi dan Ekonomi dan menjadi mahasiswa Indonesia pertama yang mengambil studi ini. Sebelumnya ia sempat bingung memilih antara kuliah di Colombia, AS, atau Oxford.
Setelah lulus sarjana, pelantun “Perahu Kertas” itu diterima di universitas kelas dunia seperti Harvard University dan Stanford University. Keduanya membuat Maudy ragu-ragu, tetapi pilihan akhirnya jatuh ke Stanford University.
Maudy langsung menempuh dua jurusan, yaitu Administrasi Bisnis dan Pendidikan. Keduanya diselesaikan secara bersamaan dalam dua tahun.
Dengan prestasi akademisnya dan keterlibatan aktif dalam dunia musik dan pertunjukan, Maudy masuk dalam daftar 30 Under 30 Asia tahun 2021 versi Forbes, bersanding dengan Bae Suzy, IU, Nam Joo Hyuk, Jackson Wang, Hwasa dan lainnya.
Pemeran dalam film “Losmen Bu Broto” ini juga mendirikan Maudy Ayunda Foundation sebagai bentuk perhatian kepada anak muda Indonesia. Yayasan ini fokus pada program beasiswa dan pendampingan bagi anak-anak kurang mampu.
Baru-baru ini, Maudy ditunjuk oleh Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G. Plate, sebagai juru bicara Presidensi G20 Indonesia, karena dinilai mampu memberikan dampak sekaligus menjangkau masyarakat luas melalui prestasinya, terutama merangkul generasi Z.
Najeela Shihab

Nama putri sulung Quraish Shihab ini cukup dikenal di dunia pendidikan dengan berbagai prestasi dan karya nyatanya. Najeela telah menulis berbagai buku terkait pendidikan, memprakarsai sekolah prasekolah dan sekolah Cikal, dan membuat penerbitan Lentera Hati.
Najeela juga merupakan anggota Dewan Kurikulum Islamedu, sebuah pusat studi Al-Qur’an yang menerapkan kurikulum pendidikan Islam alternatif. Tak hanya itu, ia juga mendirikan Inibudi.org untuk mendistribusikan video pembelajaran.
Ia juga mendirikan Keluarga Kita, yang menyediakan materi pendidikan keluarga di 83 kota/kabupaten di Indonesia. Najeela tidak pernah berhenti berinovasi untuk dunia pendidikan, ia juga mendirikan Organisasi Pendidikan Semua Murid Semua Guru, yang telah berhasil mempertemukan banyak mitra untuk memajukan pendidikan di Indonesia.
Najeela juga mendirikan Sekolah.mu yang merupakan sekolah dengan sistem blended learning pertama di Indonesia dengan tujuan melengkapi beragam kebutuhan pendidikan dan karir.
Mesty Ariotedjo

Wanita ini adalah sosok yang multi talenta. Mesty adalah seorang dokter, model, musisi, dan pendiri dua startup kesehatan.
Pemilik nama asli Dwi Lestari Pramesti Ariotedjo ini tidak hanya menggunakan kekuatannya untuk mempromosikan dirinya, tetapi juga untuk memberdayakan orang-orang di sekitarnya.
Mesty mendirikan WeCare.id, sebuah forum penggalangan dana dengan sistem crowdfunding yang berfokus pada masyarakat Indonesia yang miskin dan sakit untuk mendapatkan perawatan medis terbaik. Startup ini juga memperhitungkan biaya transfer pasien ke layanan medis, rujukan, makanan, penginapan, dan obat-obatan. Dari sini, ia berhasil masuk ke daftar Forbes 30 Under 30 Asia.
Ia juga mendirikan aplikasi Tentang Anak, yang menyediakan berbagai informasi tentang kesehatan, psikologi, sekolah, tumbuh kembang, makanan, dan lainnya.
Mesty sendiri merupakan dokter lulusan Universitas Indonesia. Tak hanya pintar, dia juga memiliki kemampuan yang mumpuni di bidang musik dengan bermain piano, gamelan, flute hingga harpa.
Melalui harpa, Mesty mengantongi gelar Merritt dari Associated Board of The Royal Schools of Music. Kecintaannya pada musik klasik membuat Mesty mendirikan sekolah musik gratis untuk anak-anak kurang mampu bernama Children in Harmony.
Melia Winata

Melia adalah pendiri Du Anyam, sebuah perusahaan sosial yang memberdayakan perempuan untuk memproduksi dan mendistribusikan anyaman rotan. Bekerja sama dengan Du Anyam, Melia berharap dapat mempromosikan dan melestarikan anyaman rotan sebagai kerajinan asli Indonesia.
Melalui perusahaan ini, Melia memberdayakan lebih dari 1.100 pekerja perempuan di 50 desa di Indonesia. Du Anyam juga telah ditetapkan sebagai official merchandise Asian Games Indonesia.
Melia sendiri masuk dalam daftar Forbes 30 Under 30 Asia pada tahun 2020 dan dianugerahi CECT Sustainability Award untuk Best Social Enterprise in Creative Industries.
Cinta Laura
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3539140/original/073709000_1628830227-1._c.jpg)
Wanita kelahiran 17 Agustus 1993 ini merupakan satu di antara deretan publik figur yang visi misi hidupnya menjadi inspirasi bagi anak muda. Selain memiliki prestasi akademis, Cinta juga memiliki kepedulian yang tinggi terhadap sesama khususnya pada anak-anak dan dunia pendidikan.
Cinta mendapatkan dua gelar sarjana dari Universitas Columbia untuk program studi Psikologi dan Sastra Jerman. Dia juga berhasil lulus dengan predikat cumlaude dalam waktu tiga tahun dan mendapat nilai IPK 3,9 pada tahun 2014.
Pada tahun 2019, Cinta ditunjuk sebagai duta anti kekerasan terhadap perempuan dan anak oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Dia dipercaya mampu mendorong anak muda untuk menjadi agen pelopor dan pelapor terhadap lingkungan yang bebas dari kekerasan dan responsif gender.
Bersama keluarganya, Cinta mengelola Soekarseno Peduli Foundation miliknya. Yayasan ini telah membangun lebih dari belasan sekolah untuk membantu anak-anak kurang mampu agar dapat bersekolah. Cinta juga cukup aktif dalam mengajar anak-anak.
Kamila Andini

Lewat film-filmnya Kamila menyuarakan isu-isu tentang masalah yang dialami oleh perempuan. “YUNI” adalah salah satu karya Kamila yang mengangkat soal isu pernikahan dini dengan berbagai faktor penyebab seperti mencegah hamil di luar nikah hingga masalah ekonomi.
Dalam film ini, daerah yang ditampilkan adalah Serang, meski demikian masalah pernikahan dini banyak ditemukan di daerah lain Indonesia.
Ada juga “Sendiri Diana Sendiri”, sebuah film pendek tentang perempuan bernama Diana yang melepaskan diri dari kesedihan dan berusaha tegar setelah menghadapi kenyataan bahwa suaminya menikah lagi. Film ini tampil di Festival Film Internasional Toronto 2015.
Karya-karya Kamila bisa dibilang langganan hadir dalam festival film internasional yang bergengsi. Terakhir adalah “Before, Now & Then (Nana)” yang tayang perdana dan berkompetisi di Festival Film Internasional Berlin pada Februari 2022. Film ini juga mengangkat seputar isu dan kehidupan perempuan di Indonesia.
Moorissa Tjokro

Sosok perempuan yang satu ini adalah salah satu insinyur di balik mobil Tesla. Pada 2021, perusahaan milik Elon Musk ini meluncurkan fitur kecerdasan buatan swakemudi penuh atau full self driving versi beta. Dalam pengerjaannya, Tesla memiliki enam Autopilot Software Engineer, lima di antaranya adalah laki-laki dan Moorissa merupakan satu-satunya perempuan dalam tim tersebut.
Moorissa menjadi seorang Data Scientist dan juga berperan dalam mengurusi perangkat lunak mobil.