HumasRI – Jakarta adalah ibu kota Indonesia dan merupakan pusat pemerintahan, perdagangan, industri dan kebudayaan. Dahulu Jakarta memiliki nama yang berbeda seperti Sunda Kelapa, Batavia (Betawi) dan Jayakarta.
Sama halnya dengan provinsi lain di Indonesia, Jakarta juga mempunyai pakaian adat yang menjadi kebangsaan sekaligus kekayaan budaya. Pakaian adat Jakarta yang populer & sebagai ikon utama merupakan pakaian adat suku Betawi.
Meski zaman sudah serba teknologi, pakaian adat DKI Jakarta nyatanya masih terus digemari dan lestari sampai sekarang, lho!
Terbukti dengan makin banyak masyarakat yang menggemari pakaian adat Jakarta dengan sering digunakan ke acara pernikahan, acara kantor maupun event lainnya.
Baca Juga: 7 Macam Pakaian Adat Jawa Barat dan Keunikannya
Pakaian Adat Jakarta
Pakaian adat Jakarta didominasi oleh pakaian tradisional Betawi, dimana Betawi adalah suku yang menjadi ikon kebudayaan Jakarta.
Pakaian khas masyarakat Betawi terdiri atas beragam jenis, mulai dari Baju Sadariah, Kebaya Encim, Baju Ujung Serong, Kebaya None, Dandanan Care None, dan Dandangan Care Haji. Keenam pakaian tersebut memiliki model yang berbeda-beda.
Dikutip dari Gado-Gado Betawi oleh Emot Rahmat Taendiftia, model pakaian khas Betawi sedikit banyak dipengaruhi oleh pakaian masyarakat China, Arab, dan Melayu. Meski begitu, perpaduan dari pakaian khas China, Arab, dan Melayu ini melahirkan pakaian khas Betawi yang sangat unik dan indah.
Yuk simak ulasan mengenai ragam pakaian adat DKI Jakarta!
1. Kebaya Encim
Kebaya encim atau kebaya kerancang adalah pakaian adat DKI Jakarta untuk perempuan. Kebaya khas Betawi ini banyak digemari oleh perempuan dewasa dan gadis remaja.
Mengutip Setu Babakan Betawi, di masa lalu kebaya encim dirancang dari kombinasi bahan lace atau brokat buatan Eropa, lalu ditutup dengan bordiran yang variasinya berbeda-beda.
Kebaya ini aslinya berukuran agak pendek meruncing ke bagian muka kebaya. Sementara bagian lengan kebaya melebar.
Bahan kebaya dibordir kerancang, dengan motif kembang pada bagian bawah kebaya dan pada pergelangan tangan.
Di masa sekarang, kebaya encim semakin berkembang dan modelnya dimodifikasi agar terlihat modern.
Kebanyakan kebaya encim yang dijumpai di masa kini dibuat dari bahan-bahan seperti organdi, silk, brokat, sutra alam dan lainnya.
Selain itu, umumnya dikenakan bersama rok atau celana, tidak dengan sarung seperti lazimnya.
Aksesoris pemanis berupa giwang, kalung dan perhiasan peniti rante atau peniti cangkrang, dan memakai sandal selop tutup, serta rambut sanggul.
Baca Juga: Selain Baju Paksian, Inilah Pakaian Adat Bangka Belitung Lainnya
2. Baju Sadariah
Pakaian adat Betawi khas Jakarta ini didesain khusus untuk pria. Itu terlihat seperti kemeja koko dan terbuat dari bahan katun dengan model krah tinggi.
Kancing terdapati dari atas sampai bawah serta memiliki kantong pada bagian depan maju, masing-masing di sisi kanan dan kiri bawah.
Ada juga baju sadariah dilengkapi dengan belahan di sisi kiri dan kanan pakaian, sehingga tidak terlalu ketat dan nyaman dipakai.
Saat ini, baju sadariah dibuat dengan macam-macam variasi bordiran pada krah, di bagian dan tengah ataupun kanan dan kiri.
Saat dikenakan, baju itu dilengkapi dengan kain sarung, dilipat dan diletakkan di bahu, yang disebut cukin.
Lalu, juga memakai peci atau kopiyah hitam polos, dan sandal elop terompah.
Orang tua yang memakainya terkadang juga memakai aksesoris seperti cincin batu dan gelang bahar.
Baca Juga: 5 Pakaian Adat Jawa Tengah dan Keunikannya
3. Baju Demang
Demang atau istilah lainnya jas adalah pakaian adat Jakarta yang dikenakan oleh laki-laki merupakan pakaian khas Betawi.
Baju Demang biasanya dipadukan dengan memakai kain ujung serong atau kain dengan panjang tidak sampai lutut, yang dibentuk menyerong atau miring.
Pria Betawi dan Jakarta biasanya memakainya untuk acara resmi seperti pernikahan, acara kenegaraan, dll.
Pakaian ini terdiri dari kopiah hitam polos, jas tutup warna gelap, Celana Pantalon, Sepatu Pantofel, Aksesoris rantai kuku macan, Kain Sarung Lasem bermotif Tupal Pucuk Rebung.
Selain itu, terdapat juga pakaian yang hampir mirip dengan baju jas tutup ujung serong dengan beberapa tambahan aksesoris pelengkap seperti liskol (penutup kepala), lokcan (kain yang digunakan sebagai sabuk dan berfungsi untuk mengikat pisau raut di pinggang).
Jika berpasangan, sang wanita mengenakan kebaya encim yang disesuaikan dengan warna pakaian demang. Biasanya pakaian ini dikenakan peserta laki-laki dalam kontes duta budaya Abang None Jakarta.
Baca Juga: Mengenal 4 Jenis Pakaian Adat NTT dengan Keunikannya yang Khas!
4. Baju Tikim dan Celana Pangsi
Pernah melihat pakaian berwarna serba hitam yang dikenakan pemain silat?
Pakaiannya bernama baju tikim dan celana pangsi, pakaian adat Betawi. Kemudian lebih dikenal dengan nama baju pangsi.
Pakaian ini memiliki leher bulat dan lengan panjang. Pada badannya dibuat longgar. Celananya dibuat menggantung agar terlihat lebih simpel.
Dikutip dari Sejarah Jakarta, baju tikim dan celana pangsi merupakan pakaian yang dipengaruhi budaya Tionghoa.
Baju tikim berasal dari bahasa Hokkian “tui kim” dan celana pangsi dara kata “phang si”, diadaptasi dari pakaian tradisional orang Tionghoa di Batavia.
Baju tikim dan celana pangsi yang digunakan oleh masyarakat Betawi pada masa lalu, umumnya dipakai oleh petani, pendekar, jagoan, ahli pencak silat atau petinju.
Saat ini, tidak terkecuali para pemain silat, baju ini masih dipakai sebagai pakaian sehari-hari oleh para orang tua keturunan Betawi.
Warnanya pun sudah bervariasi, dengan merah dan hijau selain hitam.
Baca Juga: Mengenal Macam-macam Baju Adat Bali, Ragamnya?
5. Baju Penganten Care Haji (Baju Pengantin Pria Betawi)
Baju pengantin adat Betawi ini terlihat mendapat pengaruh kebudayaan Arab dan terdiri dari beberapa komponen dan aksesoris, antara lain:
Gamis yang berupa pakaian dalam yang dikenakan di dalam jubah dengan panjang sampai semata kaki dengan warna polos dan biasanya senada dengan jubah yang dikenakan di bagian luar. Baju ini juga dipergunakan untuk menenuaikan sholat di tengah prosesi pernikahan yang panjang.
Selempang yang disampirkan di pundah kiri menyamping ke pinggang kanan dengan lebar 15 cm dan panjang 2 meter, memiliki filosofis mengarahkan hidup ke arah yang benar atau kebaikan.
Jubah atau jube merupakan pakaian luaran yang longgar dan berukuran besar terbuka dari bagian leher ke bawah, bahannya terbuat dari beludru dengan hiasan renda, payet, dengan motif flora dan fauna.
Alpie atau tutup kepala seperti sorban setinggi 15 cm yang diliputi kain sorban berwarna putih atau emas, dengan untaian melati 3 untai atau ronce di bagian kiri. Di bagian atasnya tersemat mawar merah, dan pada ujung untaian disematkan bunga cempaka.
Untuk alas kaki pengantin pria menggunakan pantopel (bentuknya seperti sendal selop).
Baca Juga: Kenali 6 Pakaian Adat Jawa Timur Beserta Ciri Khasnya Yuk!
6. Dandanan Rias Besar atau Cara Cine (Baju Pengantin Wanita Betawi)
Baju pengantin wanita betawi tampak sangat meriah dan penuh dengan berbagai aksesoris dan komponen yang tampak begitu unik dan kental dengan budaya Tionghoa.
Mulai dari pilihan warnanya hingga beberapa corak atau motif yang ditampakkan pada beberapa bagian pakaian dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Berikut adalah beberapa komponen dan aksesoris Cara Cine pengantin wanita Betawi, antara lain:
Tuakai yaitu baju blus yang terbuat dari bahan beludru yang bermotif flora fauna yang terkesan gemerlap.
Dan bagian bawahannya adalah kun atau rok yang agak lebar terbuat dari bahan beludru.
Di bagian atas ditambahkan Delima atau hiasan penutup dada yang dihiasi emas, dibuat mengelilingi leher berkancing di belakang, dirangkai menjadi 8 bentuk membentuk belahan buah delima.
Alas kaki yang dikenakan oleh pengantin wanita adalah selop atau kasut yang berhiasakan manik-manik yang disebut dengan perahu kolek.
Hiasan kepalanya sangat ramai mulai dari sanggulnya yang menggunakan bentuk konde buatun yang memperlihatkan bagian tengkuk pengantin wanita yang bersih sebagai tanda bahwa si pengantin wanita rajin menunaikan ibadah Sholat.
Siangko atau hiasan dahi dikenakan seperti cadar yang menutupi wajah pengantin wanita, terbuat dari manik-manik emas.
Selain itu, terdapat juga siangko sedang yang disebut juga sebagai mahkota atau sisir garu yang dikenakan di bagian ubun-ubun mempelai wanita.
Dan bagian bawahannya adalah kun atau rok yang agak lebar terbuat dari bahan beludru.
Di bagian atas ditambahkan Delima atau hiasan penutup dada yang dihiasi emas, dibuat mengelilingi leher berkancing di belakang, dirangkai menjadi 8 bentuk membentuk belahan buah delima.
Alas kaki yang dikenakan oleh pengantin wanita adalah selop atau kasut yang berhiasakan manik-manik yang disebut dengan perahu kolek.
Hiasan kepalanya sangat ramai mulai dari sanggulnya yang menggunakan bentuk konde buatun yang memperlihatkan bagian tengkuk pengantin wanita yang bersih sebagai tanda bahwa si pengantin wanita rajin menunaikan ibadah Sholat.
Siangko atau hiasan dahi dikenakan seperti cadar yang menutupi wajah pengantin wanita, terbuat dari manik-manik emas.
Selain itu, terdapat juga siangko sedang yang disebut juga sebagai mahkota atau sisir garu yang dikenakan di bagian ubun-ubun mempelai wanita.
Baca Juga: Prosesi Pernikahan Adat Lampung
Dapatkan informasi terupdate berita populer harian dari humasri.com. Untuk kerjasama lainnya bisa hubungi ke media sosial kami lainnya.