Jakarta – Meningkatnya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) pasca banjir menjadi perhatian serius Kementerian Kesehatan Indonesia. Dalam sebuah pernyataan resmi, Kemenkes mengimbau masyarakat untuk berhati-hati terhadap genangan air yang dapat menjadi sarang bagi nyamuk Aedes aegypti, vektor utama penyakit ini.
“Setelah banjir surut, kasus Dengue meningkat karena banyaknya genangan air yang menjadi tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti. Hal ini disebabkan oleh genangan air yang tertinggal setelah banjir serta lingkungan yang dipenuhi sampah,” terang Direktur Penyakit Menular Kemenkes Ina Agustina Isturini, seperti dikutip dari Antara.
Berbagai langkah pencegahan DBD setelah banjir diutamakan agar angka kasus dan kemungkinan kematian bisa diminimalisir. Sebagai langkah dasar, pengenalan gejala awal DBD serta cara menghindari gigitan nyamuk Aedes merupakan informasi yang sangat penting untuk didistribusikan kepada masyarakat. Adapun kiat membersihkan genangan air, langkah kesehatan pasca banjir, dan penerapan tips Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah, harus menjadi perhatian serius bagi setiap individu.
Menurut data yang terkumpul hingga 4 Maret 2025, tercatat 15.802 kasus DBD dengan 73 kematian. “Angka ini masuk dalam kategori angka rata-rata bila melihat tren kasus dengue tahun 2020-2025,” imbuh Isturini, mengingatkan pentingnya kewaspadaan dan aksi pengendalian.
Ina juga menjelaskan, faktor perubahan iklim ekstrem, seperti La Nina, yang meningkatkan intensitas hujan dan kelembaban, secara tidak langsung turut memengaruhi tren peningkatan kasus dengue. Hal ini berimplikasi pada perlunya upaya mitigasi dan strategi sanitasi lingkungan yang lebih terkoordinir.
Saat bersih-bersih pasca banjir, Direktur Penyakit Menular Ina mengingatkan untuk menggunaan alat pelindung diri (APD), membersihkan dan menutup sarang tikus di sekitar rumah, serta memastikan air dan makanan yang dikonsumsi terbebas dari kontaminasi banjir. “Terkait pengelolaan air dan makanan, pastikan menggunakan air bersih untuk minum, memasak, dan mandi. Jika perlu sebelum dikonsumsi, air direbus,” jelasnya, menunjukkan pentingnya sanitasi pribadi dan makanan yang higienis dalam mengurangi risiko penyakit pasca banjir.
Langkah konkret dalam pencegahan perkembangan vektor nyamuk DBD dapat dilakukan melalui metode 3M, yakni menguras tempat penampungan air, menutup rapat tempat penyimpanan air, dan mendaur ulang sampah dengan tepat. “Masyarakat juga perlu mengetahui upaya pencegahan terhadap perkembangbiakan vektor melalui 3M yakni menguras tempat penampungan air seperti bak mandi, ember, pot bunga, menutup rapat tempat penampungan atau penyimpanan air dan mendaur ulang sampah pasca banjir seperti kaleng atau botol bekas,” tegas Ina Agustina.
Melalui seruan ini, diharapkan masyarakat tak hanya dapat menjaga kesehatan mereka sendiri namun juga menyumbangkan upaya dalam mempersempit peluang perkembangan populasi nyamuk pembawa virus DBD, sehingga kejadian serupa dapat dihindari di masa yang akan datang.