Jakarta – Tepat satu tahun usai dilantik pada 20 Oktober 2024, pemerintahan Presiden Prabowo Subianto tercatat sangat intensif melakukan diplomasi luar negeri. Data menunjukkan, dalam 364 hari masa jabatannya, Prabowo telah melakukan kunjungan kenegaraan sebanyak 32 kali ke 22 negara berbeda.
Tingginya intensitas ini menempatkan Prabowo sebagai salah satu presiden paling “rajin” bepergian di tahun pertamanya. Jumlah negara yang dikunjungi Prabowo setara dengan torehan Presiden Abdurrahman Wahid di tahun pertama, jauh melampaui Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (10 negara) dan Presiden Joko Widodo (7 negara) di periode awal mereka.
Misi utama dari kunjungan-kunjungan ini beragam, mulai dari mengejar investasi asing, menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT), hingga menjalankan tugas kemanusiaan.
China Jadi Pelabuhan Pertama, Sinyal Poros Kebijakan Luar Negeri
China menjadi negara tujuan pertama yang dikunjungi Presiden Prabowo, yakni pada 9 November 2024. Keputusan ini meneruskan tradisi yang dimulai oleh Presiden Jokowi, sekaligus mengirimkan sinyal kuat bahwa hubungan Jakarta-Beijing akan menjadi poros utama kebijakan luar negeri dan investasi Indonesia ke depan.
Sebagai perbandingan, presiden-presiden sebelumnya seperti Abdurrahman Wahid, Megawati Sukarnoputri, dan Susilo Bambilo Yudhoyono umumnya memilih negara-negara ASEAN sebagai tujuan kunjungan luar negeri pertama.
Ratusan Triliun Investasi Berhasil Diamankan
Kunjungan maraton ini membuahkan hasil konkret, terutama dari sisi ekonomi dan komitmen investasi.
1. Tiongkok (9 November 2024)
- Investasi Senilai US$10,07 miliar (sekitar Rp157,6 triliun). Dana ini dialokasikan untuk sektor ketahanan pangan dan energi, hilirisasi komoditas, serta sains dan teknologi canggih.
- Tujuh Kesepakatan Kerja Sama Bilateral, termasuk protokoler ekspor kelapa segar dan kerja sama perikanan tangkap berkelanjutan.
2. Inggris (20 November 2024)
- Komitmen Investasi US$8,5 miliar (sekitar Rp135,31 triliun).
- Sejumlah kesepakatan kerjasama di bidang pendidikan, teknologi, kesehatan, isu lingkungan, serta dukungan Inggris agar Indonesia dapat bergabung dengan OECD.
Hasil Diplomasi Kunci Lainnya
Selain China dan Inggris, hasil penting juga dibawa pulang dari sejumlah negara:
- Amerika Serikat: Mendapatkan komitmen dukungan untuk ketahanan pangan RI dan percepatan transisi energi bersih lewat JETP (Kemitraan Transisi Energi yang Adil), serta pengembangan rantai pasok mineral (CMA).
- Uni Emirat Arab (UEA): Menghasilkan tujuh kesepakatan (MoU) kerja sama di bidang pariwisata, budaya, dan kesehatan.
- Peru (KTT APEC): Menyetujui implementasi Kemitraan Ekonomi Komprehensif (CEPA).
- Brazil (KTT G20): Indonesia mengumumkan komitmen pendanaan sebesar US$30 juta untuk mendukung upaya internasional, khususnya dalam menjembatani kesenjangan pendanaan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Presiden Prabowo juga tercatat aktif menghadiri forum global penting, seperti Sidang Majelis Umum PBB ke-80 di AS dan perundingan damai Gaza di Mesir, menunjukkan peran aktif Indonesia dalam isu geopolitik global.
