Jakarta, HumasRI.com — Bank Indonesia (BI) membuka peluang untuk kembali menurunkan suku bunga acuan dalam waktu mendatang guna mendorong pertumbuhan kredit dan mempercepat pemulihan ekonomi nasional. Hal ini disampaikan Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI bulan Juli 2025.
Pada RDG tersebut, BI telah menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,25 persen. Perry menyatakan bahwa langkah ini merupakan bagian dari strategi akomodatif BI dalam menstimulus ekonomi.
“Ke depan, BI akan terus mencermati ruang penurunan suku bunga. Mengenai waktu dan besaran penurunan selanjutnya, akan disesuaikan dengan dinamika ekonomi global dan domestik,” ujar Perry.
Fokus ke Strategi Pro-Pasar dan Insentif Kredit
Untuk meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan suku bunga, BI juga memperkuat strategi operasi moneter pro-market dan implementasi Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM). Hingga awal Juli 2025, insentif KLM yang telah diberikan mencapai Rp376 triliun, ditujukan kepada perbankan yang menyalurkan pembiayaan ke sektor prioritas.
Namun, Perry mengakui bahwa penyaluran kredit masih menghadapi tantangan dari sisi penawaran. Meskipun rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (DPK) mencapai 27 persen, perbankan lebih memilih menempatkan dana pada instrumen surat berharga daripada menyalurkan kredit.
Dari sisi permintaan, pemulihan ekonomi belum merata, dengan pertumbuhan kredit masih terfokus pada sektor berorientasi ekspor. Oleh karena itu, BI berkomitmen menambah likuiditas sistem keuangan agar suku bunga di semua tenor, termasuk hingga 12 bulan, ikut turun, sehingga mendorong perbankan mengalihkan dana ke sektor riil.
“Dan tentu saja ini akan mendorong perbankan menyalurkan kredit kepada dunia usaha,” imbuh Perry.
Harapan Penurunan Suku Bunga Perbankan
Secara terpisah, ekonom senior dari Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Ryan Kiryanto, mengingatkan pentingnya perbankan merespons kebijakan BI dengan menurunkan suku bunga simpanan dan kredit secara terukur.
“Ini guna mendorong permintaan kredit supaya sektor riil lebih bergairah untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi di kuartal-kuartal berikutnya,” ujar Ryan.
Target Pertumbuhan Ekonomi dan Kredit
Dengan dukungan kebijakan moneter yang akomodatif dan insentif pembiayaan, BI optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di kisaran 4,8% hingga 5,0% pada 2025, serta ditopang oleh ekspansi kredit perbankan yang diproyeksi tumbuh 9% hingga 11%.
BI menegaskan komitmennya untuk “all out” mendorong pembiayaan produktif demi mencapai pemulihan ekonomi nasional yang kuat dan inklusif.