Anggota Komisi I DPR RI Nurul Arifin mendukung program Budaya Sensor Mandiri yang dicanangkan Lembaga Sensor Film (LSF). Dia mempertanyakan sejauhmana sosialisasi program tersebut selama setahun terakhir, khususnya selama pandemi Covid-19. Mengingat masyarakat banyak melakukan aktivitasnya dari rumah.
“Saya melihat produksi film kita sekarang ini menurun drastis, masyarakat tidak lagi pergi ke ke bioskop, tetapi menontonnya di rumah dengan layanan Over The Top (OTT) seperti Netflix, Disney+, dan sebagainya. Dalam hal ini terkait mekanisme penyensorannya dimana?” tanyanya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Ketua LSF beserta jajaran di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (16/3/2021).
Nurul menuturkan terjadi perubahan tren perilaku masyarakat dalam menikmati tontonan. Saat ini khalayak tidak hanya menonton televisi, tetapi juga melalui layanan Video on Demand melalui media streaming digital.
Sisi lain, hadirnya jasa layanan Video On Demand ini menyediakan begitu banyak konten. Tanpa disadari adanya penetrasi budaya asing secara halus, sehingga terjadi pergeseran budaya mengenai hal-hal yang dulunya dianggap tabu menjadi lumrah. “Nah hal-hal seperti ini apakah tidak bisa tertangkap oleh sensor, walaupun pada akhirnya mau tidak mau kita terima juga menjadi bagian kehidupan normal,” kata Nurul.
Politisi Partai Golkar itu itu juga mendorong masyarakat sebagai konsumen mulai membangun dan menanamkan kesadaran kolektif agar secara mandiri dapat memilah dan memilih tontonan sesuai dengan klasifikasi usia.
Senada, Anggota Komisi I DPR RI Christina Aryani mendukung upaya yang dilakukan oleh LSF terkait budaya sensor mandiri dengan prinsipnya yaitu memberikan literasi kepada publik agar masyarakat mampu memilah dan memilih tontonan sesuai dengan klasifikasi usia, serta penyadaran tentang tontonan yang sehat.
“Saya juga mendukung jika teman-teman LSF ingin bersinergi dengan Anggota Komisi I, sehingga bisa membawa gerakan ini menjadi suatu gerakan nasional,” tutur politisi Fraksi Partai Golkar itu.
Sebelumnya, Ketua Lembaga Sensor Film (LSF) Rommy Fibri Hardiyanto mengatakan perkembangan budaya sensor mandiri pada tahun 2020 memang terjadi keterbatasan karena adanya pandemi. Kendati demikian, pihaknya terus melakukan kampanye dengan berbasis teknologi informasi dan media sosial.
Fibri menambahkan budaya sensor mandiri bertujuan agar masyarakat terhindar dari pengaruh negatif dari konten-konten film, khususnya pada anak-anak yang masih di bawah umur. Budaya Sensor Mandiri juga ini direncanakan akan menjadi gerakan nasional pada tahun 2021. (fit,ann/sf)