Anggota Komisi IX DPR RI Dewi Asmara saat mengikuti Raker, RDP dan RDPU Komisi IX di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Senin (15/3/2021). Foto: Azka/nvl
Anggota Komisi IX DPR RI Dewi Asmara meminta Kementerian Kesehatan dan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 memperluas cakupan testing (pemeriksaan) dan tracing (pelacakan) dalam rangka percepatan pengendalian Covid-19. Pasalnya, jumlah masyarakat yang terjangkit Covid-19 di Indonesia berdasarkan data Kementerian Kesehatan hingga Minggu (14/3/2021), masih tiga kali lipat lebih tinggi dari standar WHO.
“Berdasarkan data pandemi, hingga 14 Maret kemarin, dari total 28.102 orang yang dites, yang positif itu ada 4.714 orang. Artinya positivity rate-nya di angka 16,77 persen, ini tiga kali lipat lebih tinggi dari standar WHO. Untuk itu, kami minta cakupan testing dan tracing perlu dimasukkan untuk menekan laju penularan Covid-19 di Indonesia,” ungkap Dewi saat mengikuti Raker, RDP dan RDPU Komisi IX dengan Menkes, Menaker, Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Kepala BPOM, Dirut Bio Farma, KADIN, dan APINDO, di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Senin (15/3/2021).
Untuk mempercepat proses testing, Dewi meminta mitranya untuk memastikan ketersediaan peralatan testing dan tenaga laboratorium di seluruh laboratorium rujukan nasional. “Meningkatkan jumlah tenaga tracer dengan target 20 tenaga per 100.00 penduduk serta memastikan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan untuk penanganan Covid-19 di seluruh rumah sakit rujukan Covid-19,” kata politisi PDI-Perjuangan itu.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan strategi deteksi virus Covid-19 di tahun 2021 dengan mengencarkan skema testing, tracing dan treatment sebagai upaya mengurangi laju penularan wabah Covid-19. Disampaikan Budi, pihaknya akan meningkatkan akses, kapasitas dan efisiensi lab PCR.
“Jumlah tes terus meningkat selama satu tahun pandemi, saat ini tes per minggu dilakukan terhadap 1000 penduduk, penggunaan RDT-Ag dalam pemeriksaan kontak erat yang sudah didistribusikan dan digunakan di tujuh provinsi prioritas,” kata Budi. Dalam pelacakan, pihaknya akan melatih Babinsa dan Bhabinkamtibmas untuk terlibat sebagai contact tracer Covid-19.
Pelatihan akan dilakukan petugas Puskesmas melalui on the job training (OJT). Setelah test dan tracing, pasien tidak bergejala dan pasien dengan gejala ringan disarankan untuk melakukan isolasi mandiri. “Babinsa dan Bhabinkamtibmas terlibat dalam meningkatkan kepatuhan dan pemantauan karantina dan isolasi mandiri, mendorong pemberdayaan masyarakat untuk mendukung keberhasilan karantina dan isolasi,” jelas Budi. (rnm,fit/sf)