Covid19.go.id, JAKARTA – Empat bulan sudah sejak merebaknya COVID-19 di tanah air, telah banyak upaya yang dilakukan Gugus Tugas Penanganan COVID-19 di Indonesia. Berbagai langkah penangangan penyebaran virus telah ditempuh diantaranya adalah pembuatan zonasi wilayah sebagai langkah untuk mengetahui dan memahami karakteristik yang dimiliki masyarakat dan daerah, penilaian mandiri, pemberian edukasi, dan tentunya sosialisasi kepada seluruh masyarakat.
BNPB sebagai bagian dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di Indonesia turut andil dalam upaya pencegahan melalui sosialisasi penilaian mandiri menggunakan aplikasi InaRISK Personal. Deputi Bidang Pencegahan BNPB, Lilik Kurniawan menjelaskan melalui aplikasi InaRISK Personal, masyarakat diharapkan dapat melakukan penilaian terhadap potensi risiko tertular pada dirinya sendiri maupun pada keluarganya.
“Apakah keluarganya ini juga memiliki risiko, tertular atau menularkan ke keluarga yang lain. Itu semuanya ada disana (InaRISK Personal),” terang Lilik pada dialog Gugus Tugas di Graha BNPB, Jakarta, Kamis (16/7).
Lilik menambahkan, pemerintah telah melakukan berbagai langkah edukasi kepada masyarakat dengan melibatkan semua elemen masyarakat seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, musisi, budayawan, dan semua unsur pentaheliks lainnya. Pentaheliks sendiri terdiri dari lima unsur yakni, pemerintah, dunia usaha, masyarakat, akademisi dan media massa. Pesan yang disampaikan dari setiap unsur pentaheliks tersebut memiliki isi serta makna yang sama dengan dilandaskan oleh kajian yang komprehensif dari Tim Pakar Gugus Tugas.
“Dasarnya adalah kajian yang komprehensif dari Tim Gugus Tugas kita, tim pakar kita. Nah ini yang kita lakukan sehingga bahasanya sama, satu, untuk protokol kesehatan,” ujar Lilik.
Setelah dari edukasi, tahapan selanjutnya adalah sosialisasi. Lilik memaparkan bahwa terdapat empat tahapan sosialisasi dalam upaya pencegahan penyebaran COVID-19 yang diawali dengan sosialisasi agar masyarakat sekedar tahu mengenai keberadaan virus di sekitarnya. Upaya tingkatan ini juga, menurut Lilik, menjadi salah satu landasan adanya pembudayaan adaptasi kebiasaan baru di tengah masyarakat.
“Sehingga mereka tau bahwa virus ini tuh masih ada di sekitar kita. Sehingga masyarakat tidak berpikir kembali lagi ke zaman atau era sebelum ada Covid ini,” kata Lilik.
Tingkatan selanjutnya adalah, pemberian pemahaman kepada masyarakat agar seluruh masyarakat mengerti mengenai apa-apa saja yang harus dilakukan ketika hidup berdampingan dengan COVID-19. Juga, agar masyarakat memiliki bayangan untuk bertindak lebih lanjut dan memilki rencana dan proteksi diri dari penularan virus yang matang.
“Masyarakat harus mengerti, kalau mereka kena virus, mereka harus kemana, bagaimana, dan penularannya seperti apa. Nah tahap ini ditujukan agar masyarakat punya rencana untuk itu,” jelasnya.
Tahapan yang tidak kalah penting atau tingkatan ketiga adalah awareness atau kesadaran. Kesadaran masyarakat untuk memiliki rencana kedepan sangat diperlukan sehingga dapat terus disiplin dalam kehidupan adaptasi kebiasaan baru.
“Masyarakat harus tahu kalau mereka sudah tahu mengenai virus ini, lalu paham. Selanjutnya adalah masyarakat harus tahu mereka harus melakukan apa. Contohnya, seperti masyarakat tahu harus punya masker berapa,” katanya lagi.
Tingkatan terakhir dari sosialisasi adalah action atau tindakan. Lilik menyebutkan bahwa tindakan sendiri menjadi salah satu tingkatan terpenting dari sosialisasi. Menurutnya, implementasi yang dilakukan di setiap daerah adalah kunci dari keberhasilan upaya yang telah dilakukan oleh Gugus Tugas Nasional.
Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Nasional
Facebook : @InfoBencanaBNPB
Twitter : @BNPB_Indonesia
Instagram : @bnpb_indonesia
Youtube : BNPB Indonesia
#SiapUntukSelamat
#BersatuLawanCovid19
#CuciTangan
#JagaJarak
#MaskerUntukSemua
#TidakMudik
#DiRumahAja