kemlu.go.id – Masa-masa lockdown dapat menjadi masa untuk mempelajari ilmu-ilmu baru. Hal ini juga dilakukan oleh Dharma Wanita Persatuan (DWP) Pretoria yang menyelenggarakan pelatihan quilting dan menjahit kain lokal shwe-shwe sebagai pengisi kegiatan dim masa lockdown.
Ketua DWP KBRI Pretoria, Umi Al Farisi, mengatakan bahwa kegiatan ini adalah salah satu bentuk penghormatan kepada akar-budaya setempat. “Ketika tinggal di tempat baru, saya meyakini kearifan lokal dapat diambil dan ditiru. Begitupun kami sekarang di Pretoria. Kegiatan yang memanfaatkan kain khas ini bertujuan untuk semakin menghargai budaya lokal dengan adat istiadatnya,” ujar Umi.
Rangkaian kegiatan quilting dan menjahit sebetulnya telah dimulai sejak awal Maret 2020. Kegiatan sempat terhenti sementara sejak Pemerintah Afrika Selatan memberlakukan kebijakan lockdown level ketat selama hampir 2 bulan berturut-turut. Setelah pemerintah setempat melonggarkan beberapa aturan termasuk relaksasi pertemuan dengan jumlah peserta terbatas, DWP KBRI Pretoria melanjutkan sesi latihan quilting dan menjahit dengan tetap menjalankan protokol kesehatan yang ketat.
Pada sesi quilting, para peserta pelatihan memilih untuk membuat sarung bantal, table runner, dan wall hanging yang dikembangkan dari pola blok-blok awal. Dengan modifikasi lanjutan menjadi bed cover atau duvet cover, pelatihan quilting di bulan Juni dirasakan sangat tepat saat musim dingin tahun ini adalah musim dingin dengan suhu terendah selama empat tahun terakhir di Afrika Selatan.
Kegiatan jahit-menjahit dilanjutkan dengan membuat rok lilit dari kain khas Afrika, shwe-shwe. Jenis kain katun dimaksud dibawa oleh para koloni ke tanah Afrika pada abad ke-18, kemudian dilokalisasi oleh para wanita suku Xhosa dengan motif-motif geometris dengan warna indigo. Kain ini diminati oleh para perempuan Afrika karena tampilan rona warna-warna cerah dari kain shwe-shwe yang dapat menonjolkan warna kulit yang lebih gelap.