Jakarta – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkapkan, kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Tanah Air setiap hari terus menurun.
Jumlah kasus terkonfirmasi pada Sabtu (19 Maret 2022) jauh lebih rendah, bahkan lebih rendah dari jumlah kasus pada akhir Januari 2022, kata Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi.
Jumlah kasus terkonfirmasi pada Sabtu sebanyak 7.951 kasus, turun dari 9.528 kasus pada Jumat (18/3), menurut Kementerian Kesehatan.
Selain itu, Nadia mengatakan persentase penurunan kasus terkonfirmasi harian dalam sepekan terakhir bahkan mencapai 50,33% dibandingkan penurunan kasus harian pada pekan sebelumnya.
“Penuruan kasus konfirmasi hari ini (Sabtu) diikuti pula oleh penurunan keterisian rumah sakit (BOR) yang tercatat di angka 15 persen dibandingkan kemarin (Jumat) yang tercatat di angka 16 persen,” kata Nadia dalam keterangan resminya, dikutip dari laman Kemenkes, Minggu (20/3/2022).
Baca Juga : Kemenkes: Vaksinasi Booster Dapat Dilakukan Setelah Tiga Bulan Vaksinasi Dosis Primer
Lantas, dengan penurunan kasus harian Covid-19 di Indonesia, apakah masih perlu vaksinasi?
Terkait hal itu, Nadia menegaskan, meski kasus harian menurun, masyarakat tetap disarankan untuk tetap menerima vaksin primer (satu dan dua dosis) dan vaksin booster (tiga dosis).
Ia melanjutkan, hal itu untuk memprediksi lonjakan kasus seperti yang terjadi di negara lain.
“Sementara kasus kami cenderung turun dan metrik kami untuk menangani Covid-19 semakin baik, sangat penting bahwa kami menjaga tren itu agar kami dapat melewati pandemi ini secepat mungkin,” katanya.
“Kami tetap mengimbau masyarakat untuk segera mendapatkan vaksin primer dan booster untuk mencegah lonjakan kasus, seperti yang saat ini terjadi di Jerman, Prancis, Inggris, Kanada, dan beberapa negara lainnya,” ujarnya.
Ia juga mengatakan target vaksinasi perlu dicapai lebih jauh dan lebih cepat.
Menurutnya, hal ini akan mempercepat pembentukan herd immunity pada penduduk Indonesia, terutama untuk mencegah lonjakan kasus lagi.
Antibodi tinggi bukan berarti tidak ada infeksi Covid-19
Sementara terkait survei serologis yang diumumkan sebelumnya, Nadia mengingatkan masyarakat bahwa meski responden memiliki jumlah antibodi SARS-CoV-2 yang cukup tinggi, bukan berarti masyarakat bebas dari Covid-19.
Antibodi yang tinggi dapat mengurangi dampak gejala berat dan risiko kematian akibat tertular Covid-19, ujarnya.
“Masyarakat harus benar-benar sadar bahwa meski vaksinasi penuh dan antibodi booster tinggi, potensi tertular Covid-19 tetap ada,” katanya.
“Itu hanya mengurangi risiko gejala parah dan kematian akibat Covid-19. Khusus untuk orang tua dan orang dengan penyakit komorbid, mereka sangat perlu dilindungi dari vaksinasi lengkap dan booster,” lanjutnya.