humasri.com – Charles Honoris, Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, meminta Kementerian Kesehatan (Kemenkes) berkomunikasi dengan Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan negara lain terkait cacar monyet. Selain itu, cacar monyet telah dinyatakan sebagai status darurat kesehatan global.
“Saat ini belum ada kasus cacar monyek yang terdeteksi di Indonesia. Namun mengingat sudah menyebar ke puluhan negara, pemerintah harus waspada,” kata Charles Honoris saat dihubungi, Minggu (24/7/2022).
Kewaspadaan ini harus dikomunikasikan oleh Indonesia dan negara lain serta WHO. Sebab, politisi PDIP memprediksi kasus cacar monyet akan terjadi di Indonesia.
“Kementerian Kesehatan harus berkomunikasi erat dengan otoritas kesehatan di negara lain dan WHO untuk memahami penyebaran penyakit ini. Selain itu, protokol penanganan pasien harus dikembangkan. Cepat atau lambat penyakit itu akan terdeteksi di Indonesia di masa yang akan datang, ” ucapnya.
Pemerintah juga harus mensosialisasikan kepada masyarakat. Jangan sampai, ada kekacauan dan keributan di masyarakat.
“Komunikasi publik pemerintah terkait cacar monyet juga harus dilakukan dengan hati-hati dan akurat agar tidak menimbulkan kepanikan masyarakat. Masyarakat juga harus diberikan informasi agar siap menghadapi cacar monyet jika terdeteksi penularan di dalam negeri,” ujarnya.
Baca Juga : Nuroji : Kenaikan Tarif Wisata Candi Borobudur Tidak Tepat
Langkah Pemerintah
Sejauh ini, belum ada kasus cacar monyet di Indonesia, kata Kementerian Kesehatan. “Saat ini belum ada kasus yang terdeteksi,” kata Sesditjen Kesmas Kemenkes Siti Nadia Tarmizi kepada wartawan, Minggu (24/7).
Meski begitu, Kementerian Kesehatan mulai melakukan beberapa tindakan pencegahan. Salah satunya meningkatkan surveilans atau pengawasan melalui kantor kesehatan pelabuhan.
“Tingkatkan kapasitas pengawasan melalui Kantor Kesehatan Pelabuhan untuk mencegah masuknya cacar monyet,” kata Siti.
Kemenkes juga akan memperkuat pengawasan terhadap masyarakat. Serta mendeteksi dini satwa liar seperti tupai, tikus Gambia, monyet dan kera.
“Perkuat surveilans masyarakat, termasuk deteksi dini satwa liar. Penyakit itu sudah terdeteksi di Kongo sejak 1970, dan sejauh ini belum ada laporan kasus yang ditemukan di Indonesia. Hewan itu antara lain tupai, tikus Gambia, monyet dan kera sebagai pengawasan satwa liar. Jika ada gejalanya mirip, Cari tahu sejak dini,” kata Siti.
Nadia mengimbau masyarakat yang bepergian ke luar negeri untuk tidak mengonsumsi makanan hewan liar. Dan tidak dekat dengan penderita gejala cacar monyet.
“Jika Anda bepergian ke negara endemik, jangan makan makanan hewan liar, jangan mengolah hewan liar, tetapi gunakan alat pelindung standar dan jangan dekati orang dengan gejala cacar monyet,” katanya.
Kasus cacar monyet telah tercatat di 74 negara, termasuk negara tetangga Indonesia, Singapura.
Baca Juga : Kemenkes Terbitkan Definisi Kasus Hepatitis Akut Misterius